Thursday, March 20, 2014

Pesan dari Baginda untuk Ibnu ‘Umar




وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبيّ فقال: {كن في الدنيا كأنك غريب, او عابر سبيل}. وكان ابن عمر رضي الله عنهما يقول: {إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح, واذ أصبحت فلا تنتظر المساء, وخذ من صحتك لسقمك, ومن حيا تك لموتك}. (رواه البخاري)

Artinya:

Ibnu Umar ra berkata: Rasulullah Saw memegang kedua pundakku dan bersabda: "Hiduplah di dunia ini seakan-akan engkau adalah  orang asing atau orang yang sedang lewat (musafir)." Ibnu Umar ra berkata: Jika engkau memasuki waktu sore, maka janganlah menunggu pagi; dan jika engkau memasuki waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore; ambillah kesempatan dari masa sehatmu untuk masa sakitmu dan dari masa hidupmu untuk matimu."(HR. Bukhari).


Hadits ini merupakan hadits yang pernah kita pelajari dulu di dalam kitab Bulughul Maram. Dan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar ra, sebuah hadits yang mengisahkan sebuah pesan Rasulullah Saw kepada beliau. Dalam hadits ini Rasulullah Saw memerintahkan Ibnu ‘Umar untuk hidup di dunia ini seakan-akan ia merupakan ‘orang asing’ atau ‘musafir’.


Kenapa begitu?

Ada hal yang perlu kita ingat sahabatku, pada dasarnya, manusia itu dulunya bertempat di surga dan bumi merupakan tempat persinggahan semata. Surga adalah kampung halaman manusia yang sesungguhnya.  Seorang manusia yang menggunakan akalnya dengan baik pasti menginginkan untuk kembali ke kampung halamannnya yang  penuh dengan keindahan. Hal yang perlu kita ingat juga, jabatan manusia di bumi hanyalah sebagai seseorang yang sedang lewat, bermusafir ataupun seorang yang asing. Orang asing seharusnya tidak terlena dan terperdaya dengan segala yang ada di kampung orang lain, lalu kampung halamannya pun terlupa.

Manusia memulai kehidupan di surga, lalu kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan. Kedatangan manusia di dunia layaknya datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan kepada Allah adalah surga. Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika kita mau merenungkan hal ini, maka kita akan berkesimpulan, bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini.

Kemudian Ibnu ‘Umar meneruskan: Jika engkau memasuki waktu sore, maka janganlah menunggu pagi; dan jika engkau memasuki waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore; ambillah kesempatan dari masa sehatmu untuk masa sakitmu dan dari masa hidupmu untuk matimu.

Disini telah jelas bahwa apabila telah datang suatu perkara ataupun urusan, maka janganlah menunda-nundanya. Seperti juga kata pepatah “sedikit-sedikit, maka lama-lama akan menjadi bukit”. Dengan kita menunda-nunda suatu urusan apalagi itu dalam suatu hal IBADAH, maka kalau sudah mati nanti jangan harap minta kembali ke dunia tuk menebusnya seperti orang-orang yang Allah firmankan dalam surat  As-Sajadah, ayat 12:

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin".

Marilah kita memperpaiki kembali niat dan ibadah kita, dan banyak-banyak beristighfar, renungkanlah, betapa banyak orang yang didalam kubur meminta kembali untuk datang ke dunia, hanya untuk memperbaiki amal dan ibadahnya, tetapi itu hanya angan-angan semata yang sudah pasti tidak akan tercapai. Tidak ada orang yang paling bodoh atau zhalim melainkan orang yang sudah diperingati dan ia ingkar…


Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari padanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (as-sajadah. 22).
Semoga bermanfaat.  kalau ada yang salah itu  datangnya dari saya J

Wallahu a’lam.

Penulis: Syamsuddin, mahasiswa teologi islam di Kahramanmaras


No comments:

Post a Comment